TEMA
PELIBATAN KELUARGA PADA
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
DI ERA KEKINIAN
Salah satu hyperlink/ tautan dari
laman sekolahkeluarga.kemendikbud.go.id salah satu referensi tulisan
PANDU INTEGRITAS
KELUARGA ADALAH GERBANG PERTAMA
PENDIDIKAN
Bagian
1 dari 2 – Aku
“ Namanku Pandu
Integritas, kata ayah Pandu bisa diartikan pemimpin dan Integritas bisa
diartikan adanya kesamaan antara perkataan dan perbuatan. Tapi bukan hanya itu,
Nilai Integritas bisa juga berarti nilai-nilai baik yang ada di masyarakat.
Nilai-nilai baik itu seperti jujur, peduli, tanggung jawab, kerja keras,
disiplin, berani, adil dan sederhana. Jadi ayahku memberi nama aku Pandu
Integritas, dia berharap aku bisa menjadi pemimpin yang baik, dimana antara
perkataan dan perbuatanku sejalan. “
“
Aku bisa dibilang tinggal bersama
keluarga yang paling ideal. Aku tinggal bersama orang tuaku ( ayah dan ibu
kandung ) yang dengan sabar membimbingku, mengajariku, guru pertamaku dalam
kehidupan ini, disaat sifat egoisku (
kanak – kanak ku ) masih mendominasi sikapku. Aku memiliki kakak laki-laki dan
adik perempuan. Aku juga bisa dibilang beruntung karena kami hidup berkecukupan
secara materi maupun kasih sayang. Aku merasa beruntung dilahirkan di keluarga
ini.”
“
Dari keluarga inilah aku kali pertama melihat dunia dengan mataku dan dengan
sudut pandang orangtuaku yang membimbingku ke jalan yang benar sesuai wawasan
yang mereka miliki ” – Kata Pandu Indegritas
Setiap orang adalah
guru, sebuah kata yang sangat sederhana
namun memiliki arti yang sangat luar biasa. Semua orang adalah guru, guru yang
terus belajar membimbing dirinya agar lebih baik dan lebih baik lagi, guru yang
bisa memimpin dirinya sendiri untuk bisa mendengarkan dan mengikuti hati
nuraninya. Guru yang bisa bisa menjadi contoh yang bisa bermanfaat untuk
dirinya sendiri, keluarganya, lingkungannya, agama, bangsa dan negaranya, syukur bisa menjadi orang yang
dapat menginspirasi seluruh warga dunia, yang dapat melihat kemuliaan akhlaknya
lewat dunia nyata maupun media yang sekarang semakin mudah dan berkembang.
Bayangkanlah, jika setiap orang dapat mempraktikan keteladan, bisa menjadi guru “ digugu dan ditiru “ (
dipercaya dan dapat menjadi contoh dan teladan ) yang baik dalam kehidupan.
Alangkah indahnya hidup ini.
Sebuah pandangan global
tentang sebuah garis lurus tentang keteladanan. Ibarat sebuah peta, garis lurus
bernama keteladanan ini adalah sebuah jalan yang mulus, namun jika dilihat
lebih dekat, jalan ini akan berbelok belok dan kadang berlubang, kadang berbatu,
tapi ada juga yang beraspal mulus. Jalan tidak mulus ini terjadi karena sesuatu
dan jalan yang mulus juga terjadi karena di buat oleh sesuatu.
Untuk menjadi jalan
yang mulus dan nyaman perlu usaha nyata untuk mewujudkannya. Jalan
keteladanan perlu dibina, diciptakan dan dipraktekan. Siapa yang
melakukan itu semua? Kita. Setiap orang
yang mau dan mampu untuk melakukannya. Mau, mereka dengan sadar
melakukan hal baik dan Mampu meski rintangan menghadang mereka tetap berdiri
dengan tegak berkata, mempraktekan dan mencontohkan keteladanan. Tapi jika dia mau,
kemungkinan dia mampu dan memiliki semangat untuk melakukannya, namun jika dia
mampu tapi tidak mau melakukannya, itu akan mengakibatkan tidak terciptanya keteladanan.
Mau dan mampu, bisa
dilakukan dengan kesadaran dan bisa juga dilakukan dengan paksaan ( dipaksa
oleh internal diri sendiri atau dari eksternal dorongan dari orang lain atau
system yang membuatnya demikian )
Bebek di sawah berkata
wek…bebek yang lain berkata wek…dan semua bebek berkata wek…akhirnya semua
bebek di sawah berkata week wek wek wek wek wek. Sebuah “ Pletik “ sebuah pemicu untuk mengawali
sesuatu. Sikap keteladanan adalah contoh nyata “ pletik “ pertama sebuah
kebaikan. Setelah kita berbuat baik, dan orang lain merasakan kenyamanan dari
perbuatan kita, dia meniru perbuatan baik itu dan ditularkan pada semua orang yang akhirnya semua orang
akan mengikutinya, akhirnya sebuah kebaikan itu akan menjadi sebuah budaya,
menjadi kebiasaan yang bisa dirasakan oleh semua orang.
Membuang sampah, sebuah
hal sepele tapi hampir setiap hari aku melakukannya. Sudah menjadi kebiasaan
kita membuang sampah. Saat aku menjadi kita, kita menjadi semua orang, semua
jadi banyak. Semua orang menjadi membuang sampah. Jika kita tambahkan
1. Membuang
sampah – semua orang
2. Membuang
sampah sembarangan – semua orang membuang sampah sembarangan
3. Tidak
membuang sampah sembarangan – semua orang tidak membuang sampah sembarangan
Efek kebiasaan nomor satu akan memberikan dampak berbeda pada
poin dua dan tiga. Dan bila dicampur antara ke tiganya juga akan memberikan
dampak yang berbeda pula, yang pada akhirnya kita kembali ke kehidupan nyata
kita, tidak semua orang membuang sampah sembarangan , ada pula mereka yang
membuang sampah di tempatnya.
1. Aku,
sendiri – berbuat baik untuk diri sendiri karena aku peduli pada diriku seniri.
2. Aku
tidak sendiri lagi – aku punya anak dan istri, aku selalu berbuat baik pada
diri sendiri juga berbuat baik pada anak dan istriku karena aku peduli pada
anak istriku.
3. Aku
tidak sendiri lagi – aku punya keluarga, ayah, ibu, kakek, nenek, mertua dan ponakan,
aku selalu berbuat baik pada diri sendiri juga berbuat baik pada ayah, ibu,
kakek, nenek, mertua, dan ponakan karena akupun peduli pada mereka.
4. Aku
tidak sendiri lagi – aku punya tetangga, lingkungan, dan teman. Aku selalu
berbuat baik pada diri sendiri juga berbuat baik pada tetangga, lingkungan dan
teman, karena aku peduli pada mereka
5. Aku
tidak sendiri lagi – aku hidup di masyarakat, bangsa dan negara serta
masyatakat dunia. Aku berbuat baik pada diri sendiri juga berbuat baik pada
masyarakat, bangsa dan Negara serta masyarakat dunia, karena aku peduli pada
mereka.
Pada akhirnya merekapun
melakukan hal sama padaku, karena mereka peduli. Hidup ini kita tidak hidup
sendiri, ada orang lain disekitar kita yang mempengaruhi hidup kita, apa yang
orang lain lakukakan bisa berimbas pada
hidup kita. Begitu pula sebaiknya, apa yang kita lakukan bisa berimbas pada
hidup orang lain.
Keteladanan,
nilai-niali baik yang ada di masyarakat, nilai – nilai Integritas untuk bekal
membina kehidupan bermasyarakat , nilai-nilai yang umum kita kenal antara lain
jujur, disiplin, peduli, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani,
mandiri, adil dan sabar. Nilai-nilai
Integritas ini harus kita tularkan pada generasi penerus bangsa ini.
Pengenalan pertama nilai-nilai integritas, keteladanan
ini bisa di lakukan di lingkunagn keluarga oleh orang tuanya, agar anak bisa melihat
contoh nyata keteladanan dari orang tuanya yang kelak dikemudian hari anak bisa
mewariskan juga nilai-nilai integritas, keteladanan ini pada generasi mereka agar hidup ini
menjadi lebih indah.
Aku, keluargaku,
lingkunganku, bangsa dan negaraku serta akhirnya masyarakat dunia akan
mengamalkan nilai-nilai integritas, keteladanan dimulai dari diri kita sendiri.
#sahabatkeluarga
Bagian
2 dari 2 – Aku dan keluarga
Lingkungan terkecil
dari masyarakat adalah keluarga, sebuah keluarga dipimpin oleh kepala keluarga.
Kepala keluarga menentukan arah kebijakan dalam rumah tangga yang dibantu istri
atau orang tua dengan anggota keluarga yang lain.
Orang tua lah yang
nantinya akan menuliskan hal pertama pada kertas putih kehidupan pada anak-anak
mereka. Anak anak mereka akan dibimbing jadi apapun sesuai arahan orang tua,
berawal dari keluarga, dari orang tua, atau orang yang dituakan dalam kehidupan
mereka. Inilah arti penting keluarga sebagai gerbang pertama pendidikan. Tapi
pada umumnya keluarga akan menanamkan nilai-nilai integritas, nilai nilai
keteladanan yang baik sebagai bekal mereka hidup di masyarakat.
Setiap orang tua pasti
menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya, mereka memberikan asupan nutrisi
untuk jiwa dan raga mereka. Mereka memberikan pendidikan karakter, pendidika
agama, makanan yang sehat, rasa nyaman, kasih sayang dan banyak hal agar mereka
sehat jiwa dan raganya. Bekal yang
sangat banyak sebelum mereka terjun ke kehidupan masyarakat dengan segala macam
problematikanya.
Pondasi, sebuah awal
bangunan itu berdiri. Pondasi, sebuah pijakan langkah selanjutnya. Pondasi,
dimana dia tidak tergelincir karena memiliki pijakan yang kuat. Keluarga adalah
pondasi pertama pendidikan karakter bagi anak-anak mereka. Mereka kali pertama
mengenal manusia, mengenal kehidupan, belajar sesuatu, merasakan sesuatu, mulai
berfikir akan sesuatu dan mulai belajar memilih mengambil sikap akan sesuatu perbuatan yang akan mereka lakukan. Pola pikir pertama tentang kehidupan mereka
sebagai dasar langkah mereka lahir disini, di keluarga, sebelum mereka mengenal
pola pikir yang sejenis untuk menguatkan pondasi pola pikir pertama atau mereka
akan mendapatkan pola pikir baru tentang kehidupan yang bisa menambah atau
mengurangi pola pikir terdahulu.
Kejujuran adalah hal
mendasar dalam penanaman karakter pada
anak. Kejujuran ini bisa dimulai dari keluarga. Kejujuran adalah pondasi awal
untuk dapat melahirkan semua sikap yang baik dalam kehidupan. Penanaman
kejujuran dapat dilakukan dengan mendongeng, bercerita tentang sikap jujur, tapi
lebih efektif lagi penanaman kejujuran ini dengan memberikan keteladanan dari orang tuanya atau orang yang
dituakan diantara mereka.
Keluarga, lingkungan
terkecil manusia, tempat mereka kali pertama mengenali dirinya dan mengenali
orang lain, belajar bersikap dengan mengamati lingkungan di keluarga.
1. (
Keluarga ) Ayah dan ibu mereka adalah orang tua kandung dari anak, idealnya
anak hidup bersama orang tua dan mendapatkan kasih sayang mereka dan anak akan
didik dengan cara mereka.
2. (
Keluarga ) hanya ayah atau hanya ibu, karena perceraian atau karena kematian.
Terkadang karena “ sesuatu” anak hidup dan tinggal bersama mereka dan anak akan
didik dengan cara mereka.
3. (
Keluarga ) Kakek dan nenek adalah orang tua bagi cucunya atau orang yang
dituakan. Terkadang karena “ sesuatu” anak hidup dan tinggal bersama mereka dan
anak akan didik dengan cara mereka.
4. (
Keluarga ) Paman, Bibi, Pak dhe, Bu Dhe adalah orang tua bagi keponakannya atau
orang yang dituakan. Terkadang karena “ sesuatu” anak hidup dan tinggal bersama
mereka dan anak akan didik dengan cara mereka.
5. (
Keluarga ) asisten rumah tangga,
pengasuh adalah orang yang dituakan bagi mereka. Terkadang karena “ sesuatu”
anak hidup dan tinggal bersama mereka dan anak akan didik dengan cara mereka.
6. (
Keluarga ) Panti Asuhan, Asrama, pengasuh mereka disana adalah orang yang
dituakan bagi mereka. Terkadang karena “ sesuatu” anak hidup dan tinggal
bersama mereka dan anak akan didik dengan cara mereka.
7. (
Keluarga ) anak buangan, anak yang dipungut oleh orang lain, orang lain adalah
orang yang dituakan bagi mereka. Terkadang karena “ sesuatu” anak hidup dan
tinggal bersama mereka dan anak akan didik dengan cara mereka.
Peran keluarga dalam
pendidikan awal anak sangat sulit untuk dihindari. Dari macam macam keluarga
inilah nantinya akan tumbuh berbagai macam awal karakter manusia di masyarakat,
dari keluarga inilah awal mereka mengenali dunia.
Dari semua “ keluarga “
ini, mereka menginginkan yang terbaik untuk anak anaknya. “ yang terbaik “
sesuai pemahaman orang tua, orang yang dituakan, keluarga mereka, dan mereka
mendidik dengan cara mereka. Dari keluarga inilah nanti akan membentuk warna
warna dari manusia yang saling berinteraksi satu sama lain.
Memasuki usia bermain,
usia sekolah, usia bekerja mereka mulai mengenal lingkungan yang lebih luas, berinteraksi,
bermain dan belajar bersama mereka. Mereka mulai mengenali “ orang lain “ namun
mereka tetap kembali ke keluarga. Keluarga adalah rumah mereka untuk pulang.
#sahabatkeluarga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar